Rabu, 29 November 2017

STERILISASI



Lingkup bidang kebidanan memberikan asuhan kebidanan baik pada pasien yang beresiko terinfeksi atau telah terinfeksi. Pengetahuan mengenai bagaimana terjadinya infeksi sangat penting dikuasai untuk membatasi dan mencegah terjadi penyebaran infeksi dengan cara mempelajari ilmu bakteriologi, imunologi, virologi dan parasitologi yang terkandung pada ilmu mikrobiologi. Sterilisasi sendirimerupakan proses yang sangat penting dalam dunia kesehatan. berikut adalah penjelasan mengenai sterilisasi dalam dunia kebidanan.


2.1  Pengertian Sterilisasi
Sterilisasi adalah proses yang sangat penting dalam dunia kesehatan. Sterilisasi adalah proses menghilangkan segala jenis organisme hidup, dalam hal ini adalah segala jenis mikroorganisme baik itu protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, dan virus yang terdapat pada suatu benda. Proses sterilisasi membutuhkan biocidal agent ataupun proses fisik untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme tersebut.
Sterilisasi harus diatur sedemikian rupa dan tepat untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Metode sterilisasi harus disesuaikan dengan target yang akan disterilisasi dan tipe mikroorganismenya. Zat kimia untuk sterilisasi disebut dengan sterilant.
Adapun istilah lainnya untuk sterilisasi adalah disinfeksi, yang artinya adalah proses pembunuhan atau penghilangan mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit. Zat disinfeksi disebut dengan disinfektan, yang biasanya terdiri dari zat kimiawi dan digunakan pada objek tak hidup. Salah satu contoh dari zat disifenktan adalah alkohol 70%.
Hal lainnya yang berhubungan dengan sterilisasi adalah sanitasi. Proses sanitasi adalah proses pengurangan atau reduksi populasi mikroorganisme sampai mencapai tingkatan yang dianggap aman oleh standar kesehatan masyarakat. Zat sanitasi disebut dengan sanitizer. Contoh sanitizer adalah zat yang digunakan untuk membersihkan tangan sebelum kalian makan.
Selanjutnya, proses yang masih berhubungan dengan sterilisasi adalah antisepsis. Antisepsis adalah proses pencegahan infeksi atau mematikan mikroorganisme dengan cara kimia. Zat antisepsis disebut dengan antiseptik. Proses ini tidak merusak jaringan inang dan tidak lebih toksik dari disinfektan. Antiseptik yang bersifat membunuh mikroorganisme umumnya memiliki nama akhiran -sida (cide). Contohnya adalah  germisida (germicide) yang dapat membunuh banyak patogen tetapi tidak berefek pada endospora bakteri, bakterisida, fungisida, algisida, dan virusida. Sedangkan antiseptik yang tidak bersifat membunuh mikroorganisme maka zat tersebut hanya berfungsi untuk menghambat pertumbuhan mikroorganismenya saja, umumnya memiliki nama akhiran -statik (static). Contohnya dalah fungistatik dan bakteriostatik.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, setiap mikroorganisme memiliki sensivitas yang berbeda-beda terhadap metode sterilisasi. Misalnya endospora bakteri resisten (tahan) terhadap panas, iradiasi, dan detergen; virus tanpa envelope resisten terhadap pelarut organik dan detergen; mycoplasma dan virus tidak dapat dihilangkan dengan filter steril yang memiliki ukuran pori 0.2 um.
Hal-hal yang mempengaruhi efisiensi metode sterilisasi dan efektivitas agen mikroba adalah sebagai berikut 
1.      Ukuran populasi mikroorganisme
2.      Komposisi populasi mikroorganisme
3.      Konsentrasi atau intensitas agen antimikroba
4.      Lama paparan
5.      Temperatur
6.      Lingkungan sekitar
Adapun tujuan dari sterilisasi tersebut adalah :
1.      Mencegah terjadinya infeksi,
2.      Menjadikan alat-alat kesehatan menjadi lebih awet dan tidak cepat rusak,
3.      Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam alat kesehatan,
4.      Mencegah kontaminasi terhadap bahan- bahan yg dipakai dalam melakukan praktek kesehatan.

2.2  Metode Sterilisasi Panas
Metode sterilisasi panas merupakan metode yang termasuk ke dalam metode sterilisasi fisik dan paling banyak digunakan. Metode sterilisasi panas khusus digunakan untuk mensterilkan alat dan bahan yang tahan panas, misalnya bahan yang terbuat dari kaca dan aquadest. Metode sterilisasi panas dibagi menjadi dua, yaitu metode sterilisasi panas basah atau lembap dan metode sterilisasi panas kering. Metode sterilisasi panas kering.
sterilizator panas kering
Penggolongan sterilisasi panas dan kering ini didasarkan pada sensitifitas benda yang akan disterilkan. Jadi, jika suatu benda sensitif terhadap kelembapan, maka digunakan sterilisasi panas kering, begitu juga dengan jika suatu benda tahan terhadap kelembapan, maka digunakan sterilisasi panas basah. Kedua metode ini meiliki kesamaan, yaitu sama-sama menggunakan panas sebagai cara untuk mensterilkan. Yang berbeda adalah panas kering tidak menggunakan air, sedangkan panas basah menggunakan air dalam proses sterilisasinya.

2.3  Sterilisasi Penguapan atau Panas Basah
Sterilisasi panas basah memiliki faktor tambahan dalam hal sterilisasi, yaitu penggunaan uap air. Salah satu prakteknya adalah kalian merebus alat dan bahan yang telah dipakai pada kegiatan mikrobiologi, dengan tujuan membunuh semua mikroorganisme yang ada pada alat dan bahan tersebut agar tidak mengontaminasi lingkungan sekitar. Perebusan dapat dilakukan menggunakan air mendidih dengan suhu 100 0C selama 10 menit. Hal tersebut cukup efektif untuk membunuh sel-sel vegetatif dan spora eukariot, namun tidak efektif untuk endospora bakteri. Sterilisasi panas basah digunakan untuk alat dan bahan yang sensitif panas.
autoclave
Sterilisasi panas basah menggunakan temperatur di atas 100 0C dilakukan dengan menggunakan uap dengan bantuan autoklaf . Prinsip kerja sterilisasi dari autoklaf adalah mempercepat proses koagulasi. Proses sterilisasi menggunakan autoklaf dapat membunuh mikroorganisme dengan cara mendenaturasi atau mengkoagulasi protein pada enzim dan membran sel mikroorganisme. Proses sterilisasi menggunakan autoklaf dapat membunuh endospora bakteri. Tipe-tipe autoklaf adalah portable bench topgravity displacement, dan multicycle porous-load.
Proses sterilisasi panas terdiri dari tiga tahap.
a.       Tahap pemanasan (heating stage): peningkatan temperatur pada alat dan bahan yang akan disterilkan
b.       Tahap sterilisasi (holding stage): tahap pendiaman. Artinya, tahap ini sudah mencapai temperatur yang diinginkan, selanjutnya adalah mendiamkan alat dan bahan tersebut berada pada temperatur tersebut pada waktu tertentu
c.        Tahap pendinginan (cooling stage): penurunan suhu setelah alat dan bahan tersebut berapa pada temperatur dan suhu tertentu.

2.4  Sterilisasi panas kering
Sterilisasi panas kering berfungsi untuk meniadakan atau mematikan segala jenis mikroorganisme yang berada pada alat yang akan digunakan pada kegiatan mikrobiologi. Cara kerjanya adalah dengan mengoksidasi komponen sel atau mendenaturasi enzim. Metode ini tidak dapat digunakan untuk bahan yang terbuat dari karet, plastik, dan kaca yang tidak tahan panas. Waktu yang dibutuhkan sterilisasi ini sekitar 2 sampai 3 jam.
Pada beberapa buku, metode ini dianggap memiliki penetrasi lemah. Hal tersebut dikarenakan oleh faktor yang digunakan untuk sterilisasi hanya panas saja. Seperti yang telah kalian ketahui, ada beberapa mikroorganisme yang mampu bertahan pada panas bukan. Selanjutnya, ada dua metode sterilisasi panas kering, yaitu
1.      Insinerasi (inceniration), yaitu pembakaran langsung dengan menggunakan nyala api Bunsen (suhunya sekitar 350 derajat Celcius)
2.      Dengan udara panas oven dengan temperatur yang berbeda-beda sesuai dengan merk dan tipe oven.

2.5  Sterilisasi Kimia
Metode sterlisasi kimia dilakukan pada alat dan bahan yang sensitif terhadap panas. Biasanya, alat dan bahan tersebut akan rusak jika disterilkan pada suhu tinggi. Sterilisasi ini menggunakan bahan-bahan kimia yang sifatnya dapat membunuh berbagai microorganism yang menempel pada alat-alat kesehatan.
Kemampuan agen antimikroba kimiawi dikelompokkan berdasarkan efisiensinya dalam membunuh suatu mikroorganisme. Misalnya, seluruh agen germisida dikelompokkan dalam kategori tingkat tinggi karena efektif membunuh seluruh bentuk mikroorganisme, termasuk endospora bakteri. Agen kimiawi dengan kategori sedang didefinisikan dengan tuberkuloisidal karena mampu membunuh Mycobacterium tuberculosis dan umumnya efektif terhadap kebanyakan virus yang resisten seperti virus hepatitis dan rhinovirus.
Agen kimiawi dengan kagori sedang ini tidak efektif dalam membunuh endospora bakteri. Agen kimiawi dengan kategori rendah tidak bersifat tuberkuloisidal, tidak efektif terhadap endospora bakteri, beberapa jenis spora fungi, serta naked virus (virus yang tidak memiliki amplop).
Metode sterilisasi kimia dapat dilakukan dengan menggunakan gas (fumigasi atau pengasapan) dan radiasi. beberapa bahan kimia yang dapat digunakan untuk sterilisasi gas adalah etilen oksida, gas formaldehid, asam parasetat, dan glutaraldehid alkalin. Sterilisasi kimia dapat juga dilakukan dengan penggunaan cairan desinfektan berupa senyawa aldehid, hipoklorit, fenolik, dan alkohol.
Beberapa Zat Kimia yang sering digunakan untuk sterilisasi
a)      Alkohol
1.      Paling efektif untuk sterilisasi dan desinfeksi membran sel rusak
2.      Mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi  & enzim tdk aktif
b)      Halogen
Mengoksidasi protein kuman
c)      Yodium
1.      Konsentrasi yg tepat tidak mengganggu kulit
2.      Efektif terhadap berbagai protozoa
d)     Klorin
1.      Memiliki warna khas dan bau tajam
2.      Desinfeksi ruangan, permukaan serta alat non bedah
e)      Fenol (as. Karbol)
1.      Mempresipitasikan protein secara aktif, merusak membran sel menurunkan tegangan permukaan
2.      Standar pembanding untuk menentukan aktivitas suatu desinfektan
f)       Peroksida (H2O2)
1.      Efektif dan nontoksid
2.      Molekulnya tidak stabil
3.      Menginaktif enzim mikroba
g)      Gas Etilen Oksida
Mensterilkan bahan yang terbuat dari plastic




2.6  Memantau Prosedur Sterilisasi
Ada beberapa cara yang dapan digunakan untik memantau prosedur sterilisasi, salah satunya yaitu SPO
Standar Operasional Prosedur Sterilisasi adalah salah satu komponen penting dalam pelaksanaan akreditasi di sarana pelayanan kesehatan. Untuk itu tim akreditasi membutuhkan template/contoh standar operasional prosedur, yang nantinya disesuaikan dengan kondisi masing-masing RS/Puskesmas/Klinik. Berikut contoh Standar Operasional Prosedur Sterilisasi
2.7  Penyimpanan dan Ruang Sterilisasi
Semua alat yang telah disterilkan harus disimpan dengan baik untuk menjaga tingkat sterilitasnya. Simpanlah di dalam tempat yang bersih dan kering dan terlindung dari benda tajam atau hal-hal lain yang dapat merusak pembungkus.
Tempat untuk penyiapan peralatan, pembungkusan, proses sterilisasi, penyimpanan dan distribusi merupakan daerah terbatas dalam arti tidak semua orang dapat memasuki daerah tersebut. Sistem ini membutuhkan tambahan kompresor udara atau nitrogen begitu pula tambahan listrik, outlet, dan beberapa stop kontak dinding. Adapun persyaratan ruangan sterilisasi adalah sebagai berikut:
·         dinding dan lantai harus kokoh
·         mempunyai ventilasi
·         temperatur berkisar 18 - 22 derajtcelc
·         penerangan yang memadai
·         mempunyai tempat untuk cuci tangan
·         daerah persiapan, distribusi, serta dekontaminasi sebaiknya terpisah
·         daerah sterilisasi sebaiknya jangan berdekatan dengan tempat pencucian atau persiapan linen
·         tempat penyimpanan bahan telah disteril harus kering, bersih, mempunyai ventilasi, mempunyai lemari untuk penyimpanan.
Peralatan yang akan digunakan harus dibedakan dengan bahan yang kotor, bahan yang tercemar dan harus telah dibersihkan. peralatan didekotaminasi sebelum disiapkan dan dikirim untuk sterilisasi. Begitu pula untuk beberapa peralatan yang baru dibeli sebaiknya disteril dahulu sebelum dipakai kecuali sudah ada tanda bahwa peralatan tersebut telah steril.
Berbagai peralatan bedah, dan peralatan yang membutuhkan perlakuan khusus harus dibedakan. Pembersihan dengan air akan membantu menghilangkan kotoran prosesnya dapat dilakukan dengan tangan langsung atau secara mekanik. Air hangat dan deterjen dapat membantu untuk pembersihan peralatan dilihat apakah terjadi keretakan, kerusakan, dan harus dikeringkan sebelum disteril.
Sistem pengepakan harus memperhatikan :
-       Dapat mencegah mikroorganisme masuk setelah steril
-       Tidak sobek dan ada celah setelah steril
-       Peralatan yang disteril haus tahan terhadap temperatur panas
Selain itu ada pula CSSD (Central Sterilization Supply Department) /  Instalasi Sterilisasi Sentral adalah bagian  di  institusi   pelayanan kesehatan   (rumah  sakit)  yang   mengurus suplai dan peralatan bersih atau steril. Dinyatakan sebagai salah satu upaya dalam pengendalian   infeksi   rumah   sakit   dan   merupakan   bagian   penting   dalam Perencanaan Pengendalian Infeksi (PPI).
Tugas utama CSSD meliputi 5 pekerjaan utama yaitu:
1.         Dekontaminasi dan pencucian
2.         Inspeksi dan pengemasan
3.         Sterilisasi
4.         Penyimpanan
5.         Distribusi

Pada tahap penyimpanan, seluruh alat steril disimpan pada ruangan dengan kaidah 'clean room', dimana suhu dan kelembapan diatur, pembatasan lalu lintas personel, ventilasi agar bertekanan positif, dan mekanisme lain agar terbebas dari kotoran dan debu sampai alat akan digunakan kembali. Distribusi alat keluar dari tempat penyimpanan harus dengan lalu lintas personel minimal di wilayah steril untuk menjaga kondisi alat tetap steril. Untuk distribusi, petugas pelaksana operasional dan pemeliharaan alat sterilisasi sentral menyerahkan alat-alat yang telah steril ke petugas administrasi sterilisasi sentral yang kemudian alat dapat diambil petugas ruangan agar dapat digunakan operator.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar